MENEMUKAN RUMUS KEBAHAGIAAN

Bagaimana dapat kusesap bahagia? Hatiku menunjukkan mana yang salah, tapi laku tak mampu untuk mengalah. 

Oleh Dyah Ayu Fitriana @fitri_yesss

Saya selalu bertanya. Ada apa dengan diriku? Ada apa dengan hatiku? Apa yang salah padaku? Tapi selalu pertanyaan itu seakan menguap seiring perginya angin dingin menggigilkanku. 


Apa kau juga pernah merasakannya? Seakan ada seseorang lain yang tanpa izin menggunakan tubuh kita. Ia beringas, ia kejam dan tak mau mendengarkan apa yang dikomandokan oleh hati. Sering ia tiba-tiba marah, tak mendengarkan apa yang hatiku kata. Hatiku terus mengatakan jangan, ini tak baik. Tapi orang itu selalu saja berlaku sekehendaknya, merusak norma, memporakporandakan hati banyak manusia. Dan sekali lagi, tanpa dapat dikendalikan. 


Lalu aku terus bertanya pada siapapun yang kutemui, berharap ada jawaban yang dapat menenteramkan dan membuang seseorang jahat dalam tubuhku ini. Kutanyakan “Kenapa kita tetap melakukan hal buruk, menyakiti orang, sedang hati kita tahu bahwa itu adalah kejahatan? Tahu tapi tak bisa menahannya.”  Banyak dari mereka yang hanya tertawa tipis, entah karena pertanyaanku yang terklalu konyol atau bagi mereka ini bukanlah hal yang perlu untuk difikirkan. Tapi aku merasa ini sangat penting. Ia menjadi sumber kesedihan dan merenggut kebahagiaan. 


Pagi ini berbekal keinginan untuk mendapat kebahagiaan, kubuka buku itu. Buku dari seseorang yang juga pernah mengalami kegalauan panjang memikirkan hakikat kehidupan (Risalah Cinta dan Kebahagiaan-Haidar Bagir). Aku menemukan di sana bahwa sumber kebahagiaan salah satunya yakni mencintai kebaikan. Tak rumit definisi kebaikan baginya yakni sesuatu yang jika kita lakukan, hati mengenali dan mau menerima. Lalu keburukan adalah sesuatu yang secara bawaan disangkal oleh manusia. Aku berhenti dan menggumam apakah memang yang selalu mengingatkan kepadaku selama ini adalah hatiku yang fitrahnya telah mengenal kebaikan dan keburukan dengan baik. Ia berusaha menahanku agar tak berlaku buruk. Dan aku terhenyak saat membaca kalimat terakhir. Bahwa salah satu syarat kebahagiaan adalah ketika kita dekat kepada Allah Swt. Dan itu artinya kita harus setia pada kebaikan. 


Memang tak ada jalan pintas untuk sesuatu yang berkualitas. Aku tau berat untuk mengalahkan orang jahat yang ada di tubuhku. Namun setia pada kebaikan, ya setia pada kebaikan berarti berusaha terus dan terus untuk selalu memberikan jawaban “Ya ini baik dan ini yang harus aku lakukan” pada diriku. Dan mulai membelenggu kejahatan itu.  



darunnun.com

Pondok Pesantren Darun Nun Malang

Perum Bukit Cemara tidar F3 No.4


Comments

Popular Posts