Adakah Keluarga di Hatimu

Aku tak mampu lagi mengatasi kerinduan. Berbulan tak bersua dengan bapak dan ibuk. Berbulan pula aku merenung betapa aku masih jauh dari kata baik sebagai anak. Apa yang telah kulakukan? Kuhabiskan waktu untuk belajar lalu mengkritisi pola asuhnya. Namun mereka dengan tulus mengorbankan tiap detiknya untuk mencintaiku. Kata ustadzah Halimah anak yang berkah adalah yang membuat orang tuanya bahagia, meski satu namun rasa seribu. Meski satu namun hatinya selalu dekat, apa yang diingini dan apa yang dibutuhkan berusaha dipenuhi. Lalu tergelar satu demi satu wajah bapak dan ibuk. Apa.. Apa yang sudah aku lakukan selama ini untuk mereka. Apa yang ada dalam hati mereka, mengapa selama ini hanya aku yang dijadikan obyek penerima cinta. Kepada mereka, apakah hati kami jauh, apakah aku yang terlalu berfikir tentang diri sendiri, kesuksesan pribadi, pemuasan nafsu, pembuktian diri, dan membungkusnya dengan dalih "Aku ingin membuat bangga orang tua". Lalu apa? Setelah naik di podium wisudah, lalu apa? Setelah dapat kerja keren, lalu apa? Setelah menjadi orang penting di organisasi ini itu, lalu apa? Lalu apa? Mereka kebagian apa? Bapak dan ibuk mendapatkan apa? Apakah kebahagiaan yang tersebut sama dengan versi mereka? Atau kah memang kita hanya harus percaya dengan kalimat "Alhamdulillah aku bangga denganmu, Nak." lalu apa? Kulihat lagi, jauh, tak tau sampai mana berakhir pandanganku. Karena diseberang hanya ada kebahagiaan semu diatas luapan kesedihan mereka. Menua dengan tak ada secuilpun gudang ilmu yang dimiliki anaknya, memberi manfaat padanya. Nak, jangan lupa.


Comments

Popular Posts